Kamis, 08 Oktober 2015

09 Oktober 2015

Mama, kadang mama tega...
Ntahlah, ntah bagaimana pikiran mama, ntah bagaimana cara mama ngejalani hidup sekarang ini.
Setiap bulan aku ikut bayar hutang bank itu dan semua itu gak jadi masalah buat ku, lebih dari itu kalau untuk mama gapernah ku perhitungkan. Tapi mama sekarang lebih memikirkan dirinya sendiri, lebih mengutamakan kepentingannya. Jujur, sampai sekarang aku masih berat punya "Ayah Tiri", dulu sebelum mama nikah lagi, mama pernah mengutarakan niatnya menikah karena tidak mau bergantung kepadaku, tidak ingin menyusahkan ku, tidak ingin membebani ku, sudah berulang kali pun dijelasin mama itu gak pernah jadi beban di hidupku, gak pernah menyusahkankku, dan aku juga gakpernah merasa mama gantungi.Begitupun penjelasanku mama tetap ingin menikah. Sekarang pernikahan itu sudah berjalan 3 bulan, banyak keluarga ngelarang aku untuk kerja sampingan lagi (ngajar private) agar aku bisa istirahat dan fokus kuliah dengan alasan mereka sekarang mama ada yang tanggung jawabkan, tapi aku ngotot tetap kerja sampingan, aku ngotot tetap ikut bayar hutang bank itu sampai selesai. Memang seharusnya setelah mama menikah semua jadi lebih baik, mama lebih tercukupi, adekku pun begitu. Namun kenyataannya selama tiga bulan belakangan ini mama selalu buat alasan untuk aku bayar uang bank itu lebih besar dari biasanya.Aku paling gak bisa nolak permintaan mama, tapi mama gak pernah ngerti itu. Tanggal 30 Sept 2015 kemarin mama minta aku bayar hutang bank itu dua kali lipat dari biasanya, dengan janji tgl 5 Oct udah di ganti yang setengahnya, karena itu uangnya untuk arisanku. Dan sekarang tgl 09 Oct sudah waktunya orang dapat arisan, tapi mama belum juga kasih uang itu. Sekarang jadi tanda tanya buat ku, apa guna ayah tiri ku di kehidupan mama ku? Kalau begitu adanya, buat apa mama menikah lagi? Buat nyakiti hati kami anaknya? Kalau gak ada dia, aku mampu mencukupi mama ku walau ntah bagaimana caranya.

Di tambah lagi kemarin masalah KTP. Kalau Batam - Medan itu dekat, aku bisa ngurusin sendirian. Tapi kenyataannya Batam-Medan itu jauh. Jadi kemarin aku minta mama ngurusin surat pindah untuk KTP sialan itu yang gak jadi-jadi cetak sampai sekarang, tapi mama punya banyak alasan untuk "nolak" nya. Yang pertama kata mama, mama gak bisa cuti lagi. Padahal mama itu sekarang ini lagi sering-seringnya cuti, trus kenapa disaat aku butuh banget, mama bilang kayak gitu?
Yang kedua, "Tunggu mbak pulang aja bulan 12 baru di urus" yaa ampun maa, bulan 12 itu lama lagi, itupun ntah aku pulang ntah gak. Sedih kadang, disaat butuh, aku gak pernah merasa ada siapa-siapa yang bisa memahami, namun disaat orang disekelilingku butuh, aku selalu berdiri paling depan untuk nolong.

Sekarang disaat kerjaan banyak, tugas kuliah numpuk, harus mikir gimana dan dari mana dapat uang untuk bayar uang arisan.Ahh mamaa.................................. kadang mau marah tapi aku paling gak bisa marah sama manusia yang paling aku cintai satu-satunya. Mama gak pernah tau gimana kondisi aku disini, mama gak pernah tau hati ku mengeras untuk perduli sama diriku sendiri, mama gak pernah paham betapa aku begitu lemah. Dan aku gak pernah mengeluh segala eluhan itu ke mama, dan saat ini mama benar-benar buat aku kecewa, begitupun aku gak mengatakan kecewaku sama mama.

Aaaaaahhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Jumat, 25 September 2015

22 Tahun


22 Tahun...
Alhamdulillah, sampai juga di usia yang sebelumnya gak pernah kebayang seperti apa...
Bersyukur dengan Allah untuk setiap kesempatan yang masih Dia beri untukku..
Tapi sumpah sepanjang malam bawaannya nangis mulu, rasa nya sedih dapat amanah 22 tahun tapi belum bisa manfaatin, apalagi pas sadar jatah hidup di dunia berkurang, Ahh Subhanallah.. nangiss lagi ini hahha (menmang akunya cengeng).

Baik lah, ini sekedar flashback di 22 tahun, bukan mengeluh atau bermaksud mundur dan kalah, karena semua ini sudah berlalu :D


Dulu sempat berfikir kenapa aku harus di lahir kan di dunia kalau hanya untuk merasakan pahit begitu pahit dunia ini? Kenapa aku harus punya orang tua seperti mereka yang menurutku (dulu) tidak pernah bisa memberikan kebahagiaan kepada anak? Kenapa aku tidak seperti anak lainnya yang dididik dan dibesarkan dari orangtua yang mencintai mereka dengan agama? Kenapa aku harus berada di tengah-tengah keadaan seperti ini?. Ahh DOSA, yah DOSA kalau ingat dulu pernah berfikiran seperti itu. Aku mengingkari semua nikmat Allah, Mudah-mudahan tidak pernah terulang, Aamiin :D


Menjadi anak pertama di tengah keluarga sederhana tidak pernah masalah buatku, punya orang tua yang bukan kaya raya tidak menjadi penyesalan untukku. Yang menyakitkan itu ketika aku tumbuh dan berkembang bersama ayah yang tidak pernah dengan baik menjalankan tugasnya sebagai ayah.

Disini aku gak pengen ceritain detail bagaimana dan seperti apa. Bagaimana pun dia, tetap dia ayah ku.

Sekitar 4 tahun lalu, yah tepat 4 tahun lalu di bulan September...

Dulu sebelum masuk bulan September, keluarga kami pernah memiliki toko baju di Stan Plaza Millennium hampir 3 tahun toko itu berjalan. Di tahun ke tiga pihak pemilik gedung mencabut hak sewa toko, mau tidak mau toko pun tutup. Sistem yang dijalankan ayah ku sistem TERM (Ambil barang, Bayar sesuai dengan jangka waktu yang di tentukan), otomatis dengan tutupnya toko, hutang juga banyak yang harus di bayar. Ayah ku seorang yang giat bekerja, pintar mengolah, dan genius dalam berbisnis, namun ayah ku belum bisa belajar caranya bersyukur, jadi apapun yang dia jalankan, apapun yang dia miliki, apapun yang dia kelolah tidak berkah. Pengangguran, mungkin itu status yang disandang ayah ku saat itu.

Mama, berbeda dengan ayahku...

Mama seorang yang takut melangkah, selalu mau cari aman, orang yang paling keras kepala, payah kalau udah berdebat sama mama, pasti ujung-ujungnya ribut hahhaha. Tapi pengorbanan mama untuk keluarga luar biasa, nyawapun dia berani korbani asalkan keluarganya baik-baik saja. Mama selalu menyimpan sakitnya di khianati ayah, mama selalu diam disakiti ayah, mama selalu mengalah untuk menyembunyikan perasaannya di depan kami anak-anaknya, mama gak pernah mau pisah sama ayah cuma hanya karena takut, kami malu, kami putus asa, atau kami hancur. Puluhan tahun disimpan cerita pahit berumah tangga di hidupnya. Bekerja siang dan malam untuk keluarganya, hutang kesana-kemari untuk modalin suami nya meskipun ujungnya yang bayar hutang-hutang itu mama sendiri, begitupun ketika kami anak-anaknya tau dia sedang menangis disebabkan tingakah ayah kami, dia selalu bilang "Nak, bagaimanapun ayah kalian memperlakukan mama, atau bertindak tidak baik di luar sana, dia tetap ayah kalian, jangan kalian pernah benci ayah kalian, sayangi ayah, do'ain ayah", selalu pesan itu yang keluar dari mulutnya, begitu cara dia mendidik kami, menanamkan arti keikhlasan untuk memaafkan. Mama harta paling berharga di dunia ini dalam hidupku, aku rela kehilangan semua untuk kebahagiaan mama (Kalau cerita masalah mama, gak bisa kalau gak nangis huhuhuhu :') ).

Setelah toko itu tutup, ayah gak kerja, hanya berharap dari gaji mama yang tidak seberapa, karena mama kerja di toko baju (pikir sendiri berapa gaji di toko baju). Ayah di kejar-kejar hutang, sisa hutang baju untuk jualan kemarin, selain itu ayah juga bingung untuk cari pekerjaan apa. Akhirnya terbesit pikiran untuk menggadaikan surat rumah nenek ke Bank. Ayah yang punya ide, ayah yang berusaha cari cara bagaimana surat itu bisa di gadaikan. Balik nama surat rumahpun ayah yang cari orangnya, Ngajukan ke bank sana sini, karena di tolak bank dengan alasan nama ayah sudah di blacklist. Begitupun tak berhenti usahanya, cari orang yang bisa proses, sampai akhirnya termbus di Bank Mega dengan nominal Rp.100.000.000,- dengan cicilan Rp.2.800.000,- selama 5 tahun. Mungkin hanya Rp.90.000.000 yang di terima. Mama saran ke ayah untuk lunasi semua hutang-hutang, tapi ayah hanya membayar setengah. Mama saran, keluari hak rumah mereka (Kakak-beradik mama, karena sebenarnya rumah itu ayah yang mau beli, tapi masih di bayar Rp.10.000.000,-) tapi ayah selalu membantah dengan alasan uang itu uang pinjaman, bukan untuk ngebayar rumah, akhirnya Ucu (Sebutan OM) yang di kasih sekitar Rp.20.000.000,- itupun dalam catatan 'Ikut Meminjam' dan ikut membayar selama 3 tahun. Dalam pengajuan pergadaian surat rumah itu, ada persyaratan untuk beli mobil pick up sebbagai penunjang usaha, jadi ayah beli dengan harga Rp.17.000.000,- tapi ayah bilang sama mama Rp.23.000.000,-  atau Rp.21.000.000,- (lupa tepatnya berapa), Adikku masuk sekolah SMK IT, harus memiliki laptop, di belikan laptop seharga Rp.5.000.000,-. Dan mimpi ku dari dulu adalah kuliah menjadi seorang sarjana, uang sekitar Rp.5.000.000,- di keluarkan untuk aku kuliah keguruan di UMSU, sebenarnya ayah ngelarang karena ayah maunya aku kuliah tahun depan, uang itu di jadikan modal usaha dulu, tapi aku ngotot mau kuliah, akhirnya aku kuliah. Mama dilarang kerja, tapi mama tetap mau kerja, karena usaha itu ayah seharusnya bisa jalani sendirian. Berdebat panjang sepanjang hari usaha apa yang mau di buat. Rencana punya rencana ujung cerita ayah jualan ikan, pertama modal Rp.10.000.000,- (kalau tidak salah nominalnya segitu) tapi hasilnya nihil dalam jangka waktu beberapa hari. Di tambahi lagi modal terus begitu dan akhirnya sampai pinjaman bank itu tersisa Rp.1.000.000,- ayah merengek merajuk di dalam pick up minta sama mama supaya uang itu di ambil dari ATM BRI di jalan Batang Kuis untuk di jadikan modal.HABIS, yah habis tanpa tersisa, habis tanpa kelihatan.


Berlalu, terpuruk, habis, hilang, kebiasaan ayah hanya tidur-tiduran di rumah, main game di laptop adek sampai laptopnya berkali-kali rusak. Aku paling gak suka dan gak bisa lihat laki-laki begitu. Sementara mama disana banting tulang ngikat pakaian bergoni-goni, ngantar berpuluhan kilo pakaian ke pengiriman barang, manjat-manjat untuk memajang pakaian di sepanjang toko baju milik orang, anak mana yang gak kecewa dengan sikap ayahnya yang begitu??. Dengan tidak bekerja nya ayah, dengan tidak tahu nya bayar bank bagaiman ( karena gaji mama gak cukup dan gak pernah cukup untuk bayar cicilan bank) dan disaat itu ujian semester 1 di mulai, mulai bayar ini bayar itu. Dengan kondisi keuangan yang sedemikian rupa, aku gak pernah tega kalau harus ngelanjutin kuliah. Melepaskan. Yahhh itu pembelajaran pertama aku melepaskan, sesudah kemarin pernah bermimpi lulus PTN maka dari itu sebelum ujian PTN di mulai, pagi siang malam bahas soal PTN terus sampai akhirnya malam besoknya mau ujian, mama dan ayah bertengkar yang berakibatkan aku ngeBlank, kecewa sih tapi aku belum paham arti melepaskan 'Satu' mimpi. Salah satu hal terberat dalam hidup ku adalah "PUTUS KULIAH", rasanya pengen nangis, pengen teriak, sampai pengen mati, karena kuliah dan jadi sarjana itu impianku dari kecil, jadi wajar rasanya kalau aku terpuruk saat itu. Teman-teman yang mulai tanya kenapa gak masuk kuliah, aku hindari untuk menjawab. Nangis, hari-hari ku cuma nangis. Tapi itulah, aku harus mengorbankan mimpi itu untuk orang tua ku.


Hari berlalu semakin lama semakin menyakitkan, ayah yang terus-terusan seperti itu, tidur-tiduran, nonton tv, main game, kadang keluyuran gak jelas. Hari-hari mama sama ayah ribut, hari-hari mama mempertanyakan bagaimana bayar uang bank, hari-hari mama kesal dengan tingkah ayah yang hanya tiduran tanpa cari kerja, sampai suatu hari ayah hutang kepada kakaknya untuk buka 'Warung Burger'.


-Bersambung-


03 Februari



03 Februari 2015, Siang hari di balik kubikel kantor..

Mama, hanya dia yang selalu ku khawatirkan, ah betapa rindunya aku dengan mu ma..
Mungkin manusia satu-satunya di muka bumi ini yang selalu menjadi alasan disetiap perjuanganku.
Tangannya yang penuh kelembutan itu selalu mampir ke diriku, ntah itu memelukku, mengelus lembut perut ku ketika sakit perut yang seakan tangannya punya sihir untuk menghilangkan sakit perutku, mengucir rambut ku yang dari dulu hanya sebahu (kecuali kelas 2 SMA,punya rambut panjang), atau ketika aku bandel tangan lembut itu tak pernah segan-segan untuk mencubit sampai biru, melibas dengan satu batang lidi, atau bahkan aku juga pernah merasakan tamparan mama sampai mengeluarkan darah dari hidung, pada waktu itu disuruh mengaji tapi aku enggan hhaha.. Mama galak, tapi jiwanya begitu lembut, hatinya penuh ketulusan,pengorbanannya sangat luar biasa, Aku selalu jatuh cinta padanya..

"Mama dulu pernah mau digugurkan sama nenek kalian" mama mulai bercerita..
"Dulu nenek kalian gaboleh hamil dulu sebelum 3 tahun bunda kalian" melanjutkan tanpa sempat aku bertanya, Oia.. Bunda itu anak nenek paling besar, kakak nya mama yang aku panggil Bunda.
Dia di panggil 'Bunda' karena dia gak mau di panggil 'Uwak'.
"Berbagai cara udah di buat nenek kalian untuk menggugurkan mama, dari minum jamu, menjatuhkan badan sampai minum obat keguguran, tapi gabisa.. sampai akhirnya nenek kalian biarkan mama ada dalam kandungan" jelas mama.
"Ah berarti mama anak yang gak di harapkan lah hahaha" Canda ku.
"Eh tapi diantara semua, mama yang paling di sayang atok mu, mama paling putih, mama paling baek budi, mana pernah mama bandel kayak bundamu.Mama paling cantik bahkan" Membela diri.

Memang sih di antara anak nenek lima orang, yang paling baik itu cuma mama dan ucu (Panggilan untuk adek mama yang paling kecil, terjemahan dari bahasa melayu yang artinya om terkecil).
Kalau Bunda selaku yang tertua, pernah tinggal kelas sampai akhirnya satu angkatan sama mama, bukan karena bodoh.. tapi karena kebanyakan bolos sekolah.
Om Abang (adek mama yang sekarang di Jambi, dia anak ke tiga dari lima bersaudara, aku panggil Om Abang karena dia anak laki-laki tertua) dulu itu suka ugal-ugalan, sering tauran, bahkan pernah juga hampir jadi Banci (Perempuan jadi-jadian).
Umi (Adek mama yang seharusnya aku panggil bibi atau tante, anak ke empat dari lima bersaudara) Sekolah cuma sampai SMP kelas dua, dulu sesudah tamat SD, dia di masukan Pesantren di Wali Songo daerah Jawa. Liburan sekolah dia balik ke rumah, ketemu dengan Om Sawal (Suaminya yang sekarang), mulai dari situ mereka pacaran yang membuat umi gak mau lagi sekolah di Jawa karena Om Sawal tinggal di Medan,Sumatera Utara hingga akhirnya dia memutuskan untuk lari dari pesantren ketika nenek-atok memaksanya untuk tetap di pesantren. Umur 18 tahun Umi sudah menikah dengan Om Sawal.
Dan yang terakhir Ucu (anak ke lima dari lima bersaudara), Paling manja tapi bisa dibilang paling membanggakan, sampai sekarang masih membanggakan dengan keteguhan agama yang ada dalam dirinya, Ucu lulusan dari Pesantren Wali Songo, jadi wajar kalau dia sangat Agamanisme.
Jelas sudah mama dan ucu hampir tak memiliki kenakalan.

                                                                        ****

Andai mama tau betapa rindunya aku disini, setiap kali aku menangis, aku lelah, aku terluka hanya pelukan mama yang bisa memulihkan segalanya. Kalau saja tidak ada itu, mungkin mama sudah ku bawa kesini.

                                                                                                                              -Bersambung..






Rasa




Ada sesuatu yang sulit untuk ku jelaskan..
Sesuatu itu sering disebut Rasa.
Sudah sejak lama terlahir,
Sudah banyak yang berlalu,
Seharusnya sudah memudar karena terluka dalam..
Namun masih dan bahkan terus bertambah memenuhi jiwa..


Kehilangan sosok dirinya yang kini datang lagii.. yaahh dia datang lagi..
Ntah aku harus apa..
Tawa itu, canda itu, suara itu, sentuhan itu bahkan genggaman tangannya masih sama dengan dua tahun yang lalu..
Semua sama, tak ada yang berubah.. 

Kecuali kenyataan yang memperjelas bahwa dia milik dirinya,
 

Ahh Tuhan,
Haruskan aku terjatuh lagi, merasakan sakit dan terpuruk lagi?
Merasakan luka yang sampai sekarang masih ternganga lebar?
Haruskan waktu yang ku jadikan obat patah hati menjadi sia-sia hanya karena cerita yang seharusnya usai namun tampak seperti dipaksakan kembali ceritanya?
Aku ingin berlari, aku ingin mengacuhkan dia, aku ingin tidak mengenal dirinya lagii..
Tapii tidak bisaa... tidak pernah bisaa..
Aku merindukannya.. merindukan semua tentangnya yang kini ada didekatku, dekat sekali..
Ntah sampai kapan aku bergelut dengan rasa ini, rasa yang tak pernah berujung..


Hitam Putih Ku..



Buruk pun aku, kurang pun aku, sekalipun air mata yang ada dihari-hariku..
Tetap semua itu milik ku..
Aku punya cara mengatasi hidup ku..
Aku punya cara memperbaiki pribadiku beserta masa depanku..
Sebagaimana dunia menyakitiku, mematahkan semangatku..

Menjatuhkan aku,bahkan membiarkan ku sendiri dalam keterpurukkan..
Aku tidak perduli, aku tidak terusik,dan aku tidak gentar..
Allah ku Lebih gagah perkasa dari apapun didunia ini..

Dan aku berusaha untuk tidak meninggalkan dendam bersama kebencian kepada siapapun..
Karena sadar akan hitamku,
Maka tak pantas bila aku merasa putih diantara kalian.